Dharma Pongrekun Kritik Tajam terhadap Manipulasi Survei dan Penggiringan Opini Publik
Cerdas MemilihNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Dharma Pongrekun Kritik Tajam terhadap Manipulasi Survei dan Penggiringan Opini Publik. Foto : Achmad Basofi

Jakarta, tvrijakartanews - Calon Gubernur (Cagub) Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun mengungkapkan pandangannya terkait hasil survei elektabilitas yang belakangan ini banyak beredar.

Ia menyoroti angka 5% yang kerap muncul dalam survei terkait dirinya dan menduga adanya upaya manipulasi opini publik melalui survei tersebut.

Lebih lanjut, tentang pola kerja lembaga survei yang menurutnya kerap menggunakan angka cadangan 15% untuk kelompok masyarakat yang dianggap belum menentukan pilihan.

"Begini saya ajarin ya, kenapa kita ditekan dengan di angka di bawah 5% karena kan ada ambang minimal, makanya dia (lembaga survei) selalu siapkan 15% sebagai cadangan yang belum menentukan pilihan," kata Dharma kepada wartawan usai kampanye akbar di Kalideres, Jakarta Barat. Sabtu (23/11/2024).

Menurutnya, strategi ini digunakan untuk menggiring opini publik agar terbentuk pola pikir tertentu.

Ia mengatakan, opini itu operasi intelijen lewat narasi yang mereka (lembaga survei) tampilkan. Itulah cara men-setting kehidupan lewat perubahan mindset.

"Supaya menggiring opini masyarakat di dalam menentukan pilihannya, opini ini apa? opini ini operasi intelijen melewat narasi mereka tampilkan itu, itulah cara men-setting kehidupan lewat perubahan mindset, mindsetnya dulu dimanipulasi dan akan terjadi perubahan," jelasnya.

Dharma pun menilai bahwa manipulasi opini melalui survei dapat memengaruhi pola pikir masyarakat secara perlahan.

Menurutnya, perbuatan yang berulang-ulang akan menjadi kebiasaan, dan ini sekarang sudah menjadi kebiasaan. Begitu lihat survei hanya persentase, padahal tidak lihat real voternya, dan rakyat akan termanipulasi, terpengaruh, terinfluence.

"Perbuatan yang berulang-ulang akan menjadi kebiasaan dan ini sekarang sudah menjadi kebiasaan, begitu lihat survei hanya prosentase, padahal tidak lihat real voternya berapa dan orang akan termanipulasi, terpengaruh, terinfluence," kata Dharma.

Pernyataan Dharma ini akan menjadi sorotan publik, terutama di tengah meningkatnya perhatian terhadap kredibilitas lembaga survei dalam menyajikan data elektabilitas calon pemimpin.

Dharma berharap masyarakat lebih kritis dalam menerima informasi dari berbagai survei, terutama yang dianggap tidak mewakili kenyataan di lapangan.